hidup di dunia ini adalah sebuah pejalanan panjang. manusia hendaknya menyiapkan diri untuk menapaki setiap jengkal tanah yang akan dipijaknya...jika tidak demikian ia akan mudah diombang-ambingkan oleh gelombang kehidupan...
Tuesday, June 16, 2009
Mana yang lebih baik, Aku atau Umar bin Khattab?
Ada sebuah cerita menarik seputar pemimpin. Konon cerita ini dikarang oleh para ulama’ untuk mengkritik para pemimpin yang takabur.
Ada seorang presiden yang merasa sukses dengan kepemimpinannya dan merasa bangga akan hal itu, sehingga ia menjadi sombong.
Suatu ketika ia memanggil salah satu menterinya. Konon menterinya ini juga tidak suka dengan arogansi sang presiden.
Terjadilah dialog di antara keduanya,
Presiden : pak menteri, kalau menurut Sampeyan, kira-kira….mana yang lebih baik antara saya dengan presiden yang kemarin?
Menteri : menurut saya, Panjenengan ini lebih baik dari pada presiden yang kemarin.
Presiden : ah yang bener pak menteri. Kalo boleh tahu kenapa kok Sampeyan bilang begitu.
Menteri : presiden yang kemarin itu kan takut sama Amerika….kalau panjenengan kan tidak. jadi Panjenengan lebih baik…..
Presiden : o, gitu…. benar juga ya….
pak mentri, pak mentri….kalau sama presiden yang sebelumnya lagi, lebih baik-an dia apa saya….
Menteri : ya lebih baik-an Panjenengan tho…..soalnya presiden yang dulu itu kan takut sama Rusia…..kalau Panjenengan kan nggak takut sama Uni Soviet (ex. Rusia)….
Presiden : o, gitu…. benar juga ya….
Kalau begitu saya ini Presiden terbaik ya pak menteri….
Menteri : yo jelas tho pak Presiden…..
Presiden : emh…ehm…..
pak mentri, pak mentri….saya tanya dengan sungguh-sungguh ya….tolong pak menteri jawab yang sejujur-jujurnya….
Menteri : Inggih pak Presiden…..
Presiden : emh…ehm…kira-kira kalau dibandingkan dengan Umar bin Khattab, mana yang lebih baik? Saya atau dia?
Menteri : (dengan perasaan kesal karena Presiden yang terlelu takabur itu, namun masih muka manis, menteri menjawab)….tentu panjenengan lebih baik…..
Presiden : (dengan perasaan bangga yang kelewat, Presiden bertanya) kok bisa pak mentri……?
Menteri : iya, karena Umar bin Khattab takut kepada Allah, sedangkan Pak Presiden tidak…!!!
Presiden : ……….. :( :( :(
Alkisah, akhirnya menteri itu dipecat oleh Presiden…..
Sholat Istikharah Nasional
By: Abu Royyan
Menjelang pemilihan presiden 2009 kampanye, baik white atau black campaign, telah diluncurkan oleh para Capres dan Cawapres. Akibat terlalu banyak dicekoki dengan informasi seputar baik dan buruk serta kekurangan dan kelebihan para calon pemimpin, rakyat menjadi kehilangan arah, bingung untuk menentukan mana sebenarnya pemimpin yang paling cocok untuk bangsa Indonesia.
Menurut saya, yang terjadi di Indonesia saat ini adalah “the paradox of plenty” , dalam artian banyaknya informasi yang dicecarakan melalui media massa justru memberikan efek berbalik dari apa yang diharapkan. Dalam ranah publik telah terjadi pengkaburan informasi dan menjadikan orang semakin tidak peduli dengan informasi seputar kampanye, publik menjadi tak acuh dengan apa yang dikatakan oleh “para pedagang” yang menjajakan dagangannya masing-masing, karena semua mengatakan dagangannya baik dan yang lain busuk. Keyakinan, komitmen, dan loyalitas publik pun mulai luntur.
Akibat terburuk yang mungkin terjadi adalah kegamangan publik dalam menentukan pilihan. Hal itu akan menjadi fatal jika berakibat pada keengganan untuk memilih alias Golput.
Dalam situasi seperti ini, sebagai manusia beragama, alangkah lebih baiknya jika kita mau menjalankan tuntunan agama untuk melakukan sholat istikharah secara nasional, agar kita benar-benar diberikan pemimpin yang tepat untuk bangsa kita; pemimpin yang tahu bagaimana cara pemimpin, pemimpin yang bisa menjadi pengayom rakyat, pemimpin yang “takut” kepada Allah, dll…..
Amin….semoga bermanfaat…
Sholat Istikharah
Written by anr (http://www.syahadat.com/islam/fiqih/202-sholat-istikharah)
Tuesday, 11 November 2008 09:31
Dalam kehidupan ini kita sering dihadapkan pada beragam pilihan. Ada pilihan yang dengan mudah kita putuskan, namun tak jarang kita kesulitan dalam menentukan pilihan yang akan kita ambil. Jika sudah demikian, alangkah baiknya jika kita melaksanakan sholat istikharah.
Sholat istikharah aalah sholat sunnat yang dilakukan untuk memohon pertologan Allah dalam menentukan suatu keputusan. Sholat istikharah sangat dianjurkan oleh Rasulullah Muhammad saw jika kita menghadapi dilemma dalam mengambil keputusan. Dengan sholat istikharah, diharapkan keputusan yang kita ambil mendapat ridho dari Allah SWT.
Sholat istikarah dapat dilakukan setiap saat, tanpa ada batasan waktu. Sholat istikharah dikejakan sebanyak 2 rakaat, dengan cara seperti kita melakukan sholat-sholat yang lain. Namun pada sholat istikharah, setelah membaca surat Al Fatihah pada rakaat pertama dianjurkan untuk membaca surat Al kaafiruun. Sedang pada rakaat kedua sholat istikharah, setelah membaca Al Fatihah dianjurkan untuk membaca surat Al Ikhlas.
Setelah selesai melakukan sholat istikharah, dilanjutkan dengan membaca sholawat kepada Rasulullah Muhammad saw. Setelah itu, berdoa dengan doa berikut ini:
اللَّهُمَّ إِنيِّ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ اْلعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ, وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ, وَأَنْتَ عَلاَّمُ اْلغُيُوْبِ. اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ -وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ- خَيْرٌ لِي فيِ دِيْنيِ وَمَعَاشيِ وَعَاقِبَةِ أَمْرِي، عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ ليِ وَيَسِّرْهُ ليِ، ثُمَّ بَارِكْ ليِ فِيْهِ. وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ ليِ فيِ دِيْنيِ وَمَعَاشيِ وَعَاقِبَةِ أَمْرِي، عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنيِّ وَاصْرِفْنيِ عَنْهُ، وَاقْدُرْ لِيَ اْلخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنيِ بِهِ
“Allahumma, inni astakhiruka bi’ilmika, wa astaqdiruka biqudratik
Wa as-aluka min fadhlikal ‘azhiimi, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’alamu, wa anta ‘allaamul ghuyuub
Allahumma, in kunta ta’lamu anna haadza amra khairul lii fii diinii wa ma’aasyii wa’aaqibati amril, faqdurhu lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fih
wa in kunta ta’lamu anna haadzal anra syarrul lii fii diinii wa ma’aasyii wa’aaqibati amrii, fashrifhu ‘annii, washrifnii ‘anhu, waqdur liyal khaira haitsu kaana, tsummardhonii bihi”
"Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepa-da-Mu dengan ilmu pengetahuan-Mu dan aku mohon kekuasaan-Mu (untuk mengatasi persoalanku) dengan kemahakuasaan-Mu. Aku mohon kepada-Mu sesuatu dari anugerah-Mu Yang Maha-agung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa sedang aku tidak kua-sa. Engkau mengetahui sedang aku tidak mengetahui dan Eng-kau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (di sini, orang yang mem-punyai hajat hendaknya menyebutkan persoalannya) adalah baik untuk agamaku, kehidupanku, dan akibatnya terhadap diriku, di dunia atau akhirat, maka taqdirkanlah untukku, mudahkan jalannya, kemudian berilah berkah. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini berbahaya bagiku dalam agama, kehidupanku dan akibatnya terhadap diriku, maka jauhkanlah persoalan tersebut dariku dan jauhkanlah aku darinya, taqdirkan kebaikan untukku di mana pun ia berada, kemudian berilah kerelaan-Mu kepadaku" (HR. al-Bukhari)
Sholat istikharah dapat dilakukan berulang-ulang, hingga hati kita merasa mantap untuk mengambil keputusan. Selain itu, jika tidak sempat melakukan sholat istikharah, beberapa ulama berpendapat hanya membaca doa sholat istikharah juga diperbolehkan, sebab sholat istikharah pada dasarnya adalah doa kepada Allah untuk meminta petunjuk.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan sholat istikharah:
Biasakanlah untuk melakukan shalat Istikharah dalam setiap perkara apa saja sekali pun sepele.
Yakinlah bahwa Allah subhanahu wata’ala akan menganugerahkan petunjuk untuk hal yang lebih baik, himpun segenap hati saat berdo'a, renungi dan pahamilah makna-maknanya yang agung.
Tidak sah melakukan shalat Istikharah setelah shalat fardhu tetapi harus berupa (shalat sunnah) dua raka'at yang khusus untuk shalat Istikharah.
Jika hendak melakukan shalat Istikharah setelah shalat sunnah Rawatib, shalat Dhuha atau shalat-shalat sunnah lainnya, maka hal itu boleh dengan syarat berniat sholat Istikharah sebelum memulai shalat . Sedangkan bila telah melakukan Takbiratul Ihram untuk shalat istikharah, padahal belum meniatkan shalat Istikharah, maka tidak sah.
Jika ingin melakukan shalat Istikharah di waktu-waktu yang terlarang, maka bersabarlah hingga masuk waktu shalat.
Jika ada yang menghalangi untuk shalat -seperti sedang haidh bagi wanita-, maka tunggulah hingga halangan itu hilang. Jika urusan yang ingin di Istikharah-kan itu dikhawatirkan terlewati, maka beristikharahlah dengan cara berdo'a, bukan dengan melakukan shalat.
Bila tidak hafal do'a Istikharah, maka bacalah di kertas atau kitab tetapi sebaiknya dihafal.
Do'a shalat Istikharah boleh diucapkan sebelum salam dari shalat -yakni setelah tasyahhud- sebagaimana halnya boleh setelah salam.
Bila telah melakukan shalat Istikharah, maka lakukanlah apa yang diinginkan itu dan jangan menunggu mendapatkan mimpi mengenai hal itu.
Bila masih belum tampak mana yang lebih baik, maka ulangi lagi shalat Istikharah.
Jangan tambahkan apa pun pada do'a ini dan jangan pula dikurangi. Berhentilah sebatas dalil yang ada.
Jangan jadikan hawa nafsu menguasai dalam menentukan pilihan, sebab bisa jadi yang lebih baik bertentangan dengan hawa nafsu itu.
Jangan lupa untuk meminta pendapat orang-orang yang bijak dan shalih. Gabungkan antara shalat Istikharah dan meminta pendapat.