Sunday, December 9, 2007

AS vs Iran

Menguatnya Posisi Iran = Melemahnya Posisi AS (?)

Tuduhan yang dialamatkan kepada Iran oleh bangsa Barat, terutama AS, seolah menemukan titik lemahnya setelah IAEA mengumumkan bahwa program nuklir Iran tidak menyimpang dari pakem. Seorang akademisi India, sebagaimana dimuat dalam koran Tehran Times 20 November 2007, mengatakan bahwa hal itu merupakan tamparan bagi wajah AS. Laporan tersebut menjadi kata kunci bahwa akifitas nuklir Iran mempunyai tujuan damai dan dilakukan secara transparan.

Dengan demikian nagara-negara yang cinta damai seharusnya menaruh dukungan mereka kepada Iran dan meminta pihak AS untuk meminta maaf kepada negara Iran karena telah menuduh tanpa dasar. Apa reaksi negara-negara di dunia saat ini?

Mantan Perdana Menteri Malaysia, Dr Mahathir Mohamad atau yang juga dikenal dengan julukan Dr. M., mengecam negara-negara yang terus berusaha menyerang Iran yang memiliki kekayaan sumber daya alam. Sekalipun laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menafikan adanya bukti program nuklir militer Iran, tapi negara-negara tersebut tetap menyatakan sebaliknya. Demikian statemen Dr. Mahathir pada Harian Bernama (16/11/2007).

Sebelumnya mereka telah berbohong menyangkut senjata pemusnah massal (WMD) di Irak. Sekarang jelas mereka juga sedang berbohong. Sekali lagi mereka ingin membuat-buat dalih untuk menyerang negara kaya minyak lain yang juga negara Muslim.”
“Hari ini Israel meminta pencopotan (kepala IAEA, Mohamed ElBaradei) karena melaporkan kebenaran masalah nuklir Iran. Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, telah memberikan pernyataan bahwa Inggris akan mendukung dan memimpin perang melawan Iran. Presiden AS (George W.) Bush dan Wakil Presiden Dick Cheney juga sama, kalau tidak malah lebih, berapi-api dalam menyerukan perang atas Iran,” tandas Mahathir.

Setelah kekacauan di Irak, dimana lebih dari satu juta warga telah mati terbantai, jutaan lain telantar di negeri-negeri jiran dan kekejaman yang dilakukan di Abu Ghraib dan Guantanamo, semua orang harus menyimpulkan untuk menolak perang sebagai pilihan dalam menyelesaikan perselisihan. “Oleh sebab itu, saya menyeru semua pemimpin dunia, sekular dan religius, unutk bergandeng tangan dalam upaya global mengutuk perang dan memajukan pemecahan damai atas perselisihan AS/Iran dan semua perselisihan lain di masa mendatang.”

Iran semakin mendapat simpati, oleh karena itu untuk pertama kalinya Presiden Iran diundang dalam KTT ke-28 Dewan Kerjasama Negara Teluk Persia (GCC) yang diselenggarakan di Doha, Qatar. Acara tersebut dihadiri oleh para kepala negara dari Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Saudi Arabia, dan Uni Emirat Arab. Tujuan diundangnya Ahmadinejad dalam KTT ini adalah untuk mempererat pertaliannya dengan negara-negara di semenanjung Arab dan karena diantara agenda yang akan dibahas dalam KTT tersebut menyangkut program nuklir Iran.

Hal ini menunjukkan begitu kuatnya posisi diplomasi Iran, baik dalam kawasan maupun di mata dunia.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, setelah pipi kanan AS ditampar oleh laporan IAEA, kini pipi kirinya pun ditampar oleh bangsanya sendiri. Pada tanggal 4 Desember 2007 Dewan Intelejen Nasional Amerika merilis laporan bahwa program nuklir Iran tidak mengacu pada produksi senjata pemusnah massal. Laporan tersebut dikeluarkan berdasarkan data dan riset 16 lembaga yang terkait dengan dewan ini. Dua tahun lalu, lembaga ini merilis laporan yang berisi klaim bahwa Iran berupaya memproduksi senjata pemusnah massal. Menanggapi kontradiksi antara dua laporannya, lembaga ini menyatakan bahwa penghentian pengayaan uranium Iran pada tahun 2003, adalah akibat dari friksi dan kebijakan Gedung Putih untuk meningkatkan sanksi terhadap Tehran.

Meskipun demikian, Presiden Bush tetap kembali mengklaim, Meski adanya laporan terbaru soal nuklir Iran, Teheran tetap membahayakan, dan masyarakat internasional harus terus menekan Iran karena negara ini mempunyai program nuklir. Deputi Dewan Keamanan Nasional AS, Stephen Hadley, juga mengatakan, kebijakan AS terhadap Iran tidak berubah, AS tetap khawatir jika sampai Iran berniat memproduksi senjata pemusnah massal.

Dari seluruh paparan di atas, terlihat jelas ambisi AS mempertahankan hegemoninya dan selalu berusaha sekuat tenaga agar tidak ada kekuatan lain yang menjadi tandingannya.

Sesungguhnya tidak ada satu negara pun yang tidak bisa membaca sepak terjang politik AS, namun apa daya negara-negara di dunia masih lemah dan belum bersatu sehingga sulit untuk menghentikan kesewenag-wenangan AS.

No comments: